Minggu, 05 Oktober 2014

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 PENGANCAM KEDAULATAN EKONOMI RAKYAT KECIL MENENGAH INDONESIA

Nama         : Mia Sumiati
NPM                    : 170110130003
Kelas          : A

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 PENGANCAM KEDAULATAN EKONOMI RAKYAT KECIL MENENGAH INDONESIA
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan segera diberlakukan pada tahun 2015 mendatang sudah di depan mata. Indonesia sebagai salah satu anggota dari bentuk kerjasama tersebut akan segera menghadapi era persaingan pasar bebas di tahun 2015 nanti. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Asean Economic Community yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 mendatang merupakan suatu bentuk kerja sama antarnegara ASEAN yang mana berbagai macam barang komoditi dan jasa dari negara ASEAN akan bebas masuk tanpa adanya biaya pajak impor yang tinggi.
MEA yang disepakati oleh 10 negara ASEAN itu dibentuk dengan tujuan untuk mewujudkan kawasan ekonomi ASEAN yang makmur dan berdaya persaingan tinggi. Sebuah kesepakatan dari bentuk kerjasama negara-negara ASEAN yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan pembangunan perekonomian yang merata di kawasan ASEAN, yang mana dapat mengurangi berbagai permasalahan soasial dan perekonomian yang terjadi di kawasan tersebut.
Masyarakat Ekonomi ASEAN memiliki keuntungan dan kerugian bagi masyarakat Indonesia, mengingat kondisi Indonesia yang memiliki kesiapan minim dalam menghadapi bentuk kerjasama perekonomian ini.  Pada saat Indonesia menjadi produsen yang banyak mengekspor atau pelaku usaha, maka Indonesia mampu menjual barang-barang produksinya yang akan memberikan penghasilan dalam peningkatan perekonomian bagi Indonesia itu sendiri. Namun jika Indonesia dijadikan sebagai importir atau pengguna produk, maka ada kemungkinan akan menurunkan atau bahkan melemahkan produk-produk dalam negeri Indonesia itu sendiri.

Memasuki pasar global, berarti kita harus memiliki kesiapan berbagai sumber daya yang tinggi untuk mampu bertahan bahkan menguasai pasar tersebut, sehingga mampu meningkatkan perekonomian Indonesia sendiri. Karena di pasar bebas, inovasi dan produktivitas lebih menuntut untuk dikembangkan dari pada hanya sekadar membanggakan kekayaan alam tapi tidak mengolahnya sendiri dengan bijaksana. Namun sebelum memasuki pasar global itu sendiri, ada hal sederhana yang terlebih dahulu harus diperhatikan, yaitu kenyataan bahwa belum semua penduduk Indonesia tahu bahwa negara ini akan segera menghadapi dunia kebebasan berekonomi. Sehingga akan terjadi hal yang paling ditakutkan terjadi, misalnya karena ketidaktahuan masyarakat dan pelaku usaha kecil dengan adanya MEA ini, ditakutkan mereka justru tidak mampu bersaing dengan produk-produk luar, sehingga dapat menurunkan angka pendapatan ban perekonomian negara, dan juga angka pengangguran yang semakin tinggi.
Oleh karena itu,  pemerintah Indonesia harus lebih gencar mensosialisasikan MEA melalui berbagai media yang dapat mengirimkan pesan secara langsung kepada masyarakat. Karena jika mengabaikan ketidaktahuan hal tersebut, berarti sama saja membiarkan rakyat Indonesia menyerah tanpa berjuang menghadapi persaingan produk di tingkat ASEAN yang sebenarnya dapat mereka jadikan tantangan untuk mengembangkan produknya di tingkat ASEAN, atau bahkan membiarkan masyarakat Indonesia dijajah oleh produk impor tanpa punya kekuatan untuk membalasnya. Masyarakat harus segera menyiapkan diri dalam persaingan tersebut, agar Indonesia tidak dijadikan lahan empuk  bagi berkembangnya industry negara-negara ASEAN, namun produk Indonesia sendiri mengalami kehancuran.
 Membayangkan terjangnya arus kebebasan berekonomi dari negara-negara tetangga, terkesan Indonesia akan sulit menghadapi persaingan tersebut. Mengingat angka daya persaingan negeri ini masih jauh dari kata membanggakan. Berdasarkan data tahun 2012-2013 memperlihatkan bahwa peringkat dayapersaingan Indonesia berada di urutan ke-50 dari 144 negara. Sebuah angka yang tidak bergerak naik, tapi malah turun dari tahun sebelumnya (2010-2011) yang menduduki angka 44. Melihat lemahnya daya persaingan Indonesia dengan negara ASEAN lainnya, mungkin memang akan terkesan sulit untuk menghadapi MEA. Namun sebenarnya baik ataupun tidak bentuk kerjasama ini, semuanya tergantung dari cara memandangnya, semakin dijadikan tantangan, bentuk kerjasama ini akan mingkatkan kreativitas kita dalam bersaing dengan negara lain, namun sebaliknya apalbila ini dijadikan sebgai ancamanan ini hanya akan melemahkan diri kita dan sulit untuk mengembangkan potensi yang kita miliki. Sebenarnya apabila ditinjau dari berbagai produk dan kualitas, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki produk dengan kualitas yang sangat baik, bahkan berbagai produk yang Indonesia tawarkan sudah mampu menembus angka ekspor yang cukup besar sebelum diadakannya bentuk pasar bebas ini.

Dalam hal ini, Indonesia perlu kembali mengenal sekaligus meningkatkan keunggulan. Indonesia mungkin memang dikenal dengan tanah sukekayaan alamnya yang sangat melimpah, namun sayangnya dalam persaingan tingkat global kekayaan alam yang tidak diimbangi sumber daya manusia yang berkualitas dalam pengolahannya akan terasa percuma. Posisi sumber daya manusia dalam kerangka MEA memiliki peranan yang sangat penting, yakni SDM sangat berpengaruh dalam menghasilkan produk-produk dengan kualitas yang baik, sehingga dapat diperhitungkan di dunia global sebagai bahan konsumsi. Sealin itu, SDM juga merupakan salah satu  jasa yang dijadikan objek dalam pasar tunggal ASEAN. Tenaga kerja ahli dan terampil akan memperoleh akses bebas mencari dan memasuki lapangan kerja dalam kawasan negara-negara ASEAN. Oleh karena itu, karena SDM merupakan salah satu faktor terpenting dalam menentukan kualitas suatu produk, maka untuk masyarakat Indonesia sendiri sebelum MEA benar-benar dijalankan, perlu adanya bentuk-bentuk pelatihan agar masyarakat Indonesia mampu lebih emningkatkan kualitas SDM nya sehingga produk-produk yang dihasilkan masyarakata Indonesia mampu bersaing dan dapat dipertimbangkan oleh masyarakat-masyarakat lain di kawasan ASEAN. Apabila kualitas SDM masyarakat Indonesia masih sangat rendah, dikhawatirkan saat MEA mulai berjalan, produk-produk Indonesia tida dapat bersaing dengan produk dari negara-negara ASEAN lainnya, hal ini hanya kan menjadikan produk-produk Indonesia tersingkir di pasaran, bukan hanya di pasar negar-negara ASEAN saja, tap juga di negara Indonesia sendiri sebagai rumahnya. Hal terparah lainnya yaitu apabila produk Indonesia tidak mampu bersaing dengan produk-produk negara lain MEA, dapat menyebabkan usaha masyarkat Indonesia tersingkir di pasaran yang nantinya akan menyebabkan menurunnya tingkat pendapatan negara dan turunnya pertumbuhan ekonomi. Selain itu, juga dapat menyebabkan semakin banyak orang yang menganggur, dan apabila hal tersebut terjadi, maka akan semakin banyak rakyat Indonesia yang menjadi miskin.
Masyarakat perlu segera diberikan pendidikan, pelatihan, keterampilan, dan menumbuhkan jiwa wirausaha agar bukan hanya sekedar mampu bertahan dari persaingan perekonomian, namun dapat mengembangkan produknya ke tingkat global, khususnya di tingkat ASEAN. Produk sederhana yang unik dari Indonesia pun perlu dikemas dengan cara yang berbeda, karena hal ini dapat menjadikan produk Indonesia menjadi terlihat menarik untuk dikonsumsi.
Selain itu, kekayaan budaya dan apriwisat di Indonesia juga perlu mendapatkan perhatian khusus, karena hal tersebut mampu menjadi daya tarik tersendiri untuk para investor dalam menanamkan modalnya di Indonesia. MEA yang hanya tinggal menghitung waktu saja, harus mampu menyadarkan masyarakat Indonesia untuk segera bangun dan mempersiapkan diri untuk tidak hanya menjadi penonton dalam bentuk kerjasama tersebut, namun harus menjadi pemain utamanya. Kita harus lebih kreatif dalam mengemas produk-produk yang kita miliki sehingga selalu dijadikan produk pilihan untuk masyarakat kawasan ASEAN nantinya.
 Peningkatan kualitas harus segera ditingkatkan di berbagai lini, baik jasa maupun prosuksi. Saatnya kita menjual Indonesia dengan segala keunggulan yang kita punya. Pilihan sepenuhnya terletak di tangan kita, memilih untuk menjadi produsen atau setia menjadi konsumen.

Sumber :






Tidak ada komentar:

Posting Komentar